Senin, 21 Juli 2008

Jalan Hidup

Hidup adalah sebuah pilihan. Bagaimana seseorang menentukan apakah ia ingin jalan ke kanan atau ke kiri, bagaimana ia memanfaatkan waktu istirahatnya dengan tidur atau membaca adalah soal pilihan.

Hari ini aku memilih mencuci dengan tangan daripada memakai mesin cuci. Mungkin bagi sebagian orang mencuci dengan tangan adalah hal biasa, tidak ada istimewanya. Tapi bagiku, yang baru terbiasa mencuci saat awal kuliah , ini adalah hal yang istimewa.

Ada dua orang yang bertanya kepadaku dengan nada heran. Mengapa aku tidak menggunakan mesin cuci saja. pada budheku kujawab "Ah, sambil olahraga saja", dan pada adikku kujawab "Ah, tidak apa-apa."

Aku berpikir, hidup ini tidaklah stagnan. Roda akan terus berputar seiring berjalannya waktu. Sekarang ini aku bisa hidup enak, tinggal di sebuah keluarga yang berkecukupan, hampir tidak pernah mengeluhkan masalah keuangan. Apa yang kuinginkan pasti terpenuhi, kalau tidak hari ini ya besok.
Tapi siapa sangka kalau tiba-tiba keadaanku berubah. Seperti misalnya aku punya suami yang belum mapan secara ekonomi. Bukannya aku pesimis, tapi semuanya bisa saja terjadi. bagaimana nanti kalau suamiku tidak bisa membelikan aku mesin cuci, kompor gas, atau bahkan televisi sekalipun. Mau tidak mau aku pun harus hidup "prihatin" , bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Mana mungkin aku membebani suamiku dengan permintaan yang macam-macam.
Karena itulah mulai detik ini aku memilih jalanku sendiri. Dari seorang gadis yang bergaya "ok putri" menjadi seseorang yang mandiri.

Ternyata mencuci baju sendiri itu menyenagkan. Aku menikmati setiap tetesan air yang membasahi tanganku. Begitu menyegarkan. Seperti itu pula aku ingin menikmati jerih payahku sendiri dari setiap tetesan keringatku. Aku ingin bekerja sendiri. Memulai usaha dari nol dan tidak lagi bergantung pada pemberian orang tua. Hingga suatu hari nanti aku berharap akan memetik hasilnya sendiri dengan perasaan bangga dan bahagia.

Minggu, 20 Juli 2008

Mahasiswa

Teriakanmu

Banci!

Siapa yang perduli

bukan Benci

itu id

Siluet


Kau kah takdirku

Memaksaku dan
merobek dengan
paksa jantungku

adalah hati
dan rasa yang mengalir
seperti matahari
seperti waktu

aku riuh dalam teduh
matamu indah seluruh
tubuh tergetar oleh
kilatan cahaya
kau kah pancarannya?

Sahabat Lama

Aku tak pernah menyangka jika suatu hari aku bertemu dengan seseorang yang memiliki andil besar dalam kehidupanku. Dia bukanlah seorang motivator, atau sahabat yang selalu mendukung kegiatan dan aktivitasku selama ini. Tapi, dia adalah seorang musuh. Musuh terbesarku di masa lalu.

Sewaktu aku masih SD, ada seseorang yang selalu mengkritikku dan terlihat sangat tidak suka kepadaku. Aku merasa dia sering mengomentari apa yang aku lakukan. Sewaktu SD dulu aku memang banyak ikut kegiatan, bahkan ( bukan bermaksud untuk membanggakan diri ) aku termasuk anak yang berprestasi di SD ku. Karena itu lah aku sering mendapatkan perhatian dari berbagai pihak baik itu yang bernada positif maupun negatif.

Sebagai seorang melankolis yang sangat perasa, sampai sekarang aku masih mengingat dengan jelas siapa-siapa orang yang menyakiti hatiku. Salah satunya adalah teman lamaku yang mengataiku sebagai "anak manja". Rasa sakit hati itu kubawa hingga aku beranjak dewasa. Bahkan, sampai aku kuliah pun aku merasa dia adalah musuh bebuyutanku.

Hingga kemarin saat sepupuku menikah, aku tidak sengaja bertemu dengan dia. Tanpa diduga dia lah yang menyapa ibuku terlebih dahulu. Aku, yang mendengar percakapan mereka berdua segera masuk ke ruang tamu. Aku kaget sekali melihat dia. Banyak sekali perubahan yang terjadi pada dirinya. Wajahnya jadi lebih cantik, tutur katanya jadi lebih lembut, mencerminkan kematangan seorang perempuan.

Dia mengajakku mengobrol. Tanpa terasa, kami terlibat dalam obrolan yang seru, mulai dari teman-teman kami yang sekarang telah sukses sampai teman-teman yang sampai sekarang tak terdengar kabarnya. Dia ternyata sudah menikah. Aku tak menyangka dia menikah dengan pemuda yang tinggal di depan rumah sepupuku. Dia menceritakan bagaimana dia bisa bertemu dengan suaminya. Sedangkan aku tak banyak menceritakan tentang diriku. Lagipula apa yang bisa diceritakan seorang gadis yang masih berstatus sebagai mahasiswa. Tentu akan kalah menarik dibandingkan dengan cerita seru ibu rumah tangga.

Obrolan kami mengalir begitu saja. Kami seperti "sahabat lama" yang terpisahkan oleh waktu. Padahal kenyataanya, kami dulu adalah seorang "musuh". Dalam setiap obrolannya, dia sama sekali tidak pernah menyinggung pertengkaran kami di masa lalu. Mungkin dia telah melupakan semuanya. Mungkin dia menganggap semua itu tidak pernah ada. Adalah aku yang berpikiran picik yang masih menyimpan "dendam" di masa lalu hingga sekarang.

Dari pertemuanku dengannya aku banyak belajar. Seseorang mungkin tidak punya maksud jelek saat dia melontarkan kritikan pedas pada kita. Diri kita sendiri saja yang terlalu perasa. Bahkan menganggap kritikan suatu pertanda bahwa seseorang itu membenci kita. Temanku itu bahkan tidak menampakkan wajah kebencian sama sekali. Akunya saja yang selama ini memendam rasa benci yang tak seharusnya kumiliki.

Jumat, 18 Juli 2008


Pantai


Tangan tangan Isa

melambai menyentuh

peradaban

Jari-jari lentikmu

menyihir

mendesir degup jantungku

Di pantai ini

debur ombak menitiskan

bayanganmu

tak henti menghantam-hantam

cemasku

Aku rindu


Tambak, 15 Juni २००८



Finally......

Finally, I make a new blog....

How careless I am........
Aku nih emang pelupa. Sama alamat blog nya sendiri aja lupa. terpaksa deh bikin blog lagi.
Gak tahu ya kenapa akhir-akhir ini memoriku agak eror, terutama memori jangka pendek. Aku suka lupa naruh sesuatu. Bahkan bukuku pun ketinggalan di salon. Waduh! kayaknya aku mesti pergi ke dokter nih. May be there is something wrong in my brain.....

Aku berharap, semoga blog ini yang terakhir. Setelah ini aku gak mau ganti-ganti blog lagi ( aku sudah membuat kurang lebih tiga blog). Aku akan inget Id nya kalo perlu kucatat di buku harianku.
Temen-temen ada yang punya tips gak buat aku yang pelupa ini....

Jumat, 2008 Juli 11

strawberry on the shortcake

Strawberry on the shortcake. strawberry di atas kue kecil.
Jika kau punya kue kecil dengan strawberry di atasnya, mana yang lebih dulu kau makan? strawberry atau kue coklatnya? kalu aku lebih suka menikmati kuenya dulu, baru kemudian memakan strawberrynya.

Begitu pula cara ku memandang kehidupan ini. Aku menikmati setiap fase dalam kehidupanku seperti aku menikmati kue coklat kecil. Perlahan tapi pasti.Saat aku masih kecil, dengan kepolosan dan keluguan seorang bocah, aku menyanyi dan menari, menangis dan tertawa tanpa beban, begitu bebasnya.
Hingg aku beranjak dewasa,tanpa kusadari perlahan ada banyak hal yang berubah dari diriku, maupun lingkungan di sekitarku. aku bukan lagi gadis kecil, melainkan seorang gadis dewasa yang punya beban dan tanggung jawab.

Aku mempelajari banyak hal, tentang hidup dan kehidupan. Aku melihat banyak orang yang berlalulalang. Kadang mereka bertopeng, ber-make up tebal, berpakaian bagus, dan penuh dengan perhiasan yang indah. Tidak hanya emas dan permata, tapi juga perhiasan kata-kata, yang ternyata semua itu hanya kepalsuan. Hanya untuk menutupi organ tubuh mereka yang selama ini tersembunyi di mana tempat " pahala" dan "dosa" berperang, berkecamuk.
Hati, ialah hati yang mereka tipu. Hati mereka sendiri.

Semua itu membuatku sedih. Aku ingin kembali saja ke masa lalu, seorang gadis kecil yang lugu.
aku rindu, cahaya mata, cahaya mata itu. Yang berbinar-binar penuh ketulusan, menatap dunia dengan penuh harapan. Mata itu, mata yang tak pernah bisa menipu dan tertipu. Kini, ia menunduk dan meredup. Perlahan terkikis habis oleh sang waktu

shortcake, sepotong kue kecil..... bagaimana pun rasanya aku akan tetap menikmatimu setiap gigitan, setiap kunyahan. Aku akan tetap menjalani hidupku, apa pun yang terjadi. Dan aku akan terus menjaga cahaya mata itu, cahaya mataku. Apa pun yang terjadi. Hingga suatu hari nanti tiba saatnya aku mendapatkan strawberryku. strawberry on the shortcake.