Kamis, 21 Mei 2009

well educated vs unwelleducated

ada dua fenomena yang saling bertolak belakang di dalam hidup kita. mau tidak mau kita harus menjalani salah satunya. jalan hidup yang kita pilih menentukan kepribadian dan kualitas diri kita. ketika kita mendapatkan kesempatan untuk menikmati dunia pendidikan dengan bersekolah hingga jenjang s1, s2, bahkan s3, apa kah kita telah mendapatkan sesuatu yang lebih, dibandingkan orang-orang yang tidak mempunyai kesempatan mengenyam pendidikan tinggi. well educated vs unwelleducated. manakah yang lebih baik? manakah yang cocok menjadi pilihan hidup kita?

edukasi, pendidikan, dunia akademik mengantarkan kita ke dalam dunia membaca, dunia buku, dunia kognitif yang berisi tentang pengetahuan-pengetahuan. baik ilmu pengetahuan alam, yang bersifat exact maupun ilmu pengetahuan sosial. mula dari sekolah dasar hingga menjadi mahasiswa kitaberlaku sebagai murid yang hampir tiap hari selalu menghadiri kelas, mendengarkan kuliah dosen atau pengajaran dari guru. dijejali dengan materi-materi atau diktat2, bergaul dengan orang-orang yang mempunyai kualitas intelektual yang cenderung baik. jika sepintas kita lihat memang hal -hal tersebut adalah hal yang biasa kita lakukan. tapi jika kita tinjau lebih lanjut, hal-hal tersebut harusnya menjadi sesuatu yang luar biasa jika menghasilkan perubahan pola pikir pada individu yang menjalaninya.

perubahan pola pikir berarti perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tahu menjadi paham, dari paham menjadi "ngerti". sebagai contoh ketika kita belajar tentang pertentangan atau segregasi ras di Amerika, maka kita akan menemukan karya-karya orang-orang Afro America (orang2 Afrika di Amerika) seperti Langston Hughes dengan I, Too, Sing Amerika nya, Alice Walker dengan The color Purple nya, Toni Morison dengan Sula nya, yang menggambarkan perlakuan tidak adil orang kulit putih terhadap orang kulit hitam di Amerika. Maka dari materi tersebut apa yang bisa kita dapatkan. apkah kita hanya menghafalkan saja dan tidak memahami maknanya. dari materi tersebut seharusnya kita dapat mengambil pelajaran yang berharga. dari situ kita bisa belajar bagaimana seharusnya memperlakukan orang lain yang berbeda ras ataupun warna kulit dengan kita. kita juga bisa mengambil hikmah bahwa senua orang memiliki hak dan derajat yang sama di dalam kehidupan. "every men were born to be equal."

sementara itu dunia non edukasi, bahkan mungkin dunia "jalanan", mengantarkan orang ubtuk berkecimpung di dunia praktisi. mereka terbiasa bersentuhan langsung dengan masyarakat umum. mereka lebih mengenal rrealita karena mengalaminya langsung. seperti misalnya pedagang di pasar. mereka mendapatkan pengetahuan dari pengalaman hidup sehari-hari. cara mereka berbisnis bahkan berdasarkan naluri. mereka tidak membaca buku tentang bisnis atau seminar enterpreunership. mereka tidak mengenal apa itu silabus dan diktat-diktat kuliah. orang yang seperti ini, apakah akan mengalami perubahan pola pikir?

Jika orang yang well educated mengalami perubahan pola pikir dari membaca karya-karya Jhon Steinback, Einstain, John Nash Jr, dan masih banyak lagi yang lainnya, maka orang-orang yang non well educated mengalami perubahan tersebut dari "gesekan" dengan kehidupan sehari-hari. jika mahasiswa bisa berpikir tentang bagaimana menghargai orang lain dari karya Toni Morrison, maka pedagang di psar bisa mengerti tentang bagaimana menghargai orang lain melalui interaksi sosialnya dengan para pedagang lain.

pada intinya, orang-orang terpelajar dan terpelajar harusnya sama-sama mendapatkan pencerahan dari apa yang telah mereka jalani sehari-hari. belajar tentang kehidupan, itu lah yang penting. memperolah kebiojaksanaan. itulah tujuan yang sebenarnya. wisdom adalah jeruji yang menguatkan roda agar ia terus berputar, tanpa terlepas. ia adalah roda kehidupan kita.
maka, tidak perlu mempertentangkan kelas mana yang lebih baik. well educated ataukah unwell educated. yang terpenting adalah bisa memaknai apa yang telah kita lakukan, memahaminya, dan memperoleh kebijaksanan, dan membwa perubahan dalam diri kita, orang lain, hingga masyarakat luas menuju yang lebih baik.

Rabu, 13 Mei 2009

aluamah

Cinta Mu tak henti-hentinya
mengalir pada cangkir kehidupanku
tapi waktu demi waktu
kutuangkan dosa
hingga tumpah segala

lalu aku tersedu
diatas sajadah kelabu
di bawah langit biru
memohon kembali Kau
guyurkan cinta Mu
seperti hujan deras menumbuhkan
pohon layu

Engkau tersenyum dan memelukku
dadaku sesak penuh rindu
saat itu bunga rumput bertasbih
penuh haru

setahun berlalu...

CintaMu terus saja mengalir
di cangkir kehidupanku
aku lupa pada rindu,syahdu, dan haru

dan kembali kutuangkan dosa
dosa
hingga tumpah segala

aluamah

cintaMu tak henti-hentinya
mengali