Minggu, 27 Desember 2009

TL datang ke Blitar



emang sih.... kalo dipikir-pikir postingan ni udah agak "expired". But, untuk mengabadikan sebuah moment yang indah bagiku, tidak ada kata terlambat:)

Kurang lebih tiga minggu yang lalu, tepatnya tanggal 12 Desember 2009, temen-temen dari Teater Langit datang ke rumahku. gak semuanya sih... hanya sekitar delapan orang saja. mereka datang ke rumahku dalam rangka "silaturahim" ( atau mungkin ada maksud lain??) he he he. who knows????

Gak kok temen-temen TL tu baik-baik, ramah-ramah..... apalagi kalo lagi nggojlokin orang. wuih... seru banget. he he he.
kedatangan temen-temen tu bertepatan dengan kepulangan ibuku dari menunaikan ibadah haji. so, rumahku yang ramai jadi semakin meriah dengan kedatangan mereka.

kita semua pergi jalan-jalan mengunjungi berbagai tempat wisata. seperti makam Bung Karno, Perpustakaan kota, dan candi penataran.
ni.. foto-foto kita yang paling heboh

Rabu, 16 Desember 2009

Untukmu Perempuan....

"Wis to Ndhuk... ra sah sekolah dhuwur-dhuwur. Ujung-ujungnya nanti ya ke dapur juga."Masih terngiang jelas, kata-kata Bulikku di suatu sore saat kami melipat kerdus kue bersama-sama. dengan serta-merta aku menjawab. " Tidak bulik, saya ingin terus belajar sampai ke Amerika.'

Rasanya sudah tidak jamannya lagi kalau kita berpikir persoalan perempuan hanya berujung pada "dapur, pupur, kasur." Memasak, berdandan dan melayani suami. sudah saatnya perempuan memiliki peran di dalam masyarakat. perempuan tidak hanya sebagai objek yang mengikuti arus zaman, tapi ia juga menjadi subjek sebagai penentu arah zaman.

kini, saatnya perempuan dihargai tidak hanya karena cantik atau jelek, tinggi atau pendek, semampai atau tidak. perempuan tidak hanya dihargai karena keelokan tubuhnya saja, tetapi juga intelektualitasnya. kalau dulu orang beranggapan bahwa perasaan perempuan lebih dominan, maka sekarang saatnya intelegensia perempuan diperhitungkan.

memang, secara kodrat perempuan punya kewajiban untuk mengurus suami dan anak. tapi, lebih dari itu, perempuan harus mempunyai keahlian dan ketrampilan tertentu untuk bekal hidupnya. bagaimana perempuan bisa menghidupi dirinya tanpa bergantung pada laki-laki. hal ini bukan berarti menafikan kewajiban laki-laki sebagai pencari nafkah, tetapi lebih menitik beratkan pada kemandirian perempuan.

Ibu Megawati, Corazon Aquino, Indira Gandhi, Khadijah, Aisyah pasti ujung-ujungnya ke dapur juga. tapi lebih dari urusan dapur, mereka mampu memberikan di dalam masyarakat. menjadi subjek dalam menentukan perkembangan zaman.

Sabtu, 12 Desember 2009

perempuan membunuh lelaki

Perempuan membunuh lelaki
tidak dengan belati
tapi dengan seulas senyum
di pagi hari
"selamat pagi"

Senin, 07 Desember 2009

Inasyscon 2009, my first international event



Kemarin, baru saja fakultas tempatku kuliah dan menuntut ilmu, Fakultas Ilmu Budaya, mengadakan sebuah even berskala internasional. Internasional Systemic Society Conference, adalah konferensi internasional pertama di FIB. Aku, sebagai salah satu dari sekian ratus mahasiswa ikut berpartisispasi dalam kepanitiaanya. Aku dan 19 orang mahasiswa lainnya telah lolos seleksi untuk menjadi panitia. sebelumnya, kami di interview dulu oleh dosen sampai akhirnya kami terpilih untuk ikut dalam kepanitiaan.

terus terang saja, sebagai mahasiswa biasa yang tidak banyak mempunyai kelebihan (IPK pas-pasan) , tentu saja aku bangga ikut serta dalam even ini. Konferensi yang berlangsung pada tanggal 5-7 Desember ini mendatangkan keynote speakers dari luar negeri. salah satunya adalah Prof MAK Halliday dan Prof Ruqaiya Hassan. Aku tidak menyangka bisa bertemu dengan mereka yang teori-teorinya ku pelajari di bangku kuliah.

Dalam konferensi ini, aku melihat dengan kedua mataku, merasakan dengan hatiku, kehidupan para akademisi. dimana pra profesor dan jenius-jenius yang lainnya bertemu. aku mendengar apa yang mereka bicarakan, gurauan, sorot mata, dan gesture mereka. Dunia akademisi yang dipenuhi dengan penelitian, seminar, disertasi, yang tampak bagiku sebagai sebuah menara gading yang tak tersentuh rakyat biasa.

Jujur, aku begitu menikmatinya. Menikmati kehidupan di dalam menara gading. tapi, apakah aku bisa diam saja dan membiarkan masyarakat di sekitarku masih dalam kemiskinan dan kesengsaraan. karena itulah, aku berpikir untuk tidak hanya menjadi akademisi. tapi juga menjadi praktisi. aku ingin terjun ke masyarakat dan melakukan perbaikan-perbaikan di dalamnya. aku ingin mengabdi. aku ingin diriku bermanfaat. daripada hanya belajar teori muluk-muluk yang tak bisa menyembuhkan kelaparan dan kemiskinan mereka.

bukan berarti aku sentimen dengan orang-orang akademisi. aku hanya ingin semuanya balance. dimana terjadi keseimbangan antara belajar teori dan bagaimana mempraktikakannya. aku tidak hanya belajar rumus dan teori sastra tapi bagaimana dekat dengan karya sastra itu sendiri. dekat kepada masyarakatnya.....

Kamis, 03 Desember 2009

mengapa

mengapa...
mengapa harus seorang wanita yang mengalami hal ini
cinta sepotong kuku itu masih terlekat di hati
tumbuh dan terus tumbuh tanpa henti

kelewat sentimentil memang
berulangkali hatinya terdera
namun ia simpan luka itu dan menyematkannya di dada
seperti kuntum mawar yang tak habis-habis harumnya

sampai kapan ia akan terus menanti
dalam senyuman yang tak pasti
akankah penantian itu selamanya
dan rasa itu tak kan menepi
meski kapal telah berlabuh
.......
di dermaga yang teduh