Kamis, 23 Desember 2010

Mengapa Aku Memanggilmu "Ibu"



Ibu. Satu kata, yang sangat istimewa. Betapa gadis-gadis dewasa sangat mendamba panggilan ini. Bukan dari orang lain. Bukan dari seorang murid kepada guru, seorang bawahan kepada atasan, atau seorang laki-laki pada rekan kerjanya di kantor. Namun sebuah kata yang terucap tulus dari seorang anak kepada wanita yang dengan susah payah melahirkannya.

Ketika seorang anak lahir ke dunia, tangannya yang mungil menyentuh pipi ibunya yang meneteskan air mata bahagia. Betapa, saat itu air susu menjadi ikatan darah yang tak pernah lekang ditelan waktu.

Ibu. lalu nama itu kupanggil dengan rasa haru. saat aku meneleponmu seusai subuh. dalam hati yang luruh karena apa yang kuberikan selama ini tak sebanding dengan air mata perjuanganmu.

" Selamat Hari Ibu." 

Bahkan kau pun tak hirau apakah itu hari Ibu, hari Bapak, hari anak....

yang kau risaukan apakah anak gadismu baik-baik saja. tercukupi kebutuhannya. berakhlak baik. berkepribadian tangguh. menjaga harga dirinya. menjaga nama baik keluarganya.

dan.... segera lulus skripsinya....

Ibu. Saat aku sakit pun, kau tahu dari sudut mataku, tanpa aku mengatakannya. Karena kata-kata hanyalah batas untuk mendefinisikan makna. Sementara hati kita terpaut dengan darah dan sumsum yang sama. lebih dari sekedar makna.

Ada  yang tidak terkatakan. dalam diam. atau dalam kesibukanmu menata bekalku untuk dibawa merantau. "Bawalah kue ini, jangan lupa abon sapi, gula putih, susu, madu. " Tanpa lelah kau mengingatkanku. " Apa uangmu masih ada? kurang atau tidak? " Selalu saja pertanyaan itu. betapa sangat menusuk hatiku. Aku yang belum juga lulus dan mandiri. Masih saja bergantung pada pemberian orang tua.

Ibu. Aku memangilmu Ibu, untuk kesekian kalinya dalam hidupku.

Bukan hanya karena aku lahir dari rahimmu. Atau kau yang menyusui aku, mengajariku berjalan. menyisir rambutku. memandikan aku. memeluk aku saat sakit. menghapus air mataku. memarahiku. memukulku.mengingatkanku.

namun bahasa cinta, antara dua orang perempuan yang dipertemukan dalam keluhuran ikatan.

bahasa Cinta yang diturunkan dengan penuh kasih oleh Nya

bahasa Cinta, melawan segala logika, definisi. lebih dari sekedar keindahan dan kekaguman.

bahasa Cinta menembus batas yang nyata, melalui panjangnya lorong-lorong waktu.

Malang, 24 Desember 2010.

" seuntai Cinta untuk Ibu





Senin, 20 Desember 2010

hatta



hatta, sejak kapan kau mengenal tanda?

menyebut nama-nama
mendefinisikan semesta dengan bahasa

Kata-kata menjabarkan kebenaran
yang diklaim sendiri kesahihannya.


hatta, ketika abjad lebur menjadi debu
dilumat Sang Waktu
lalu bagaimana kau bisa menjelaskan makna?


Barulah kau menyadari
YangTakTerdefinisi itulah
hakiki

hatta, tak perlu kau merangkai kata menjadi frasa
kalimat-kalimat yang sia-sia

cukup kau rasakan saja

hatta.



Sabtu, 30 Oktober 2010

Ada sajadah panjang terbentang...


Ada sajadah panjang terbentang
Dari kaki buaian
Sampai ke tepi kuburan hamba
Kuburan hamba bila mati

Ada sajadah panjang terbentang
Hamba tunduk dan sujud
Di atas sajadah yang panjang ini
Diselingi sekedar interupsi

Mencari rezeki mencari ilmu
Mengukur jalanan seharian
Begitu terdengar suara adzan
Kembali tersungkur hamba

Ada sajadah panjang terbentang
Hamba tunduk dan rukuk
Hamba sujud tak lepas kening hamba
Mengingat Dikau sepenuhnya

by: Bimbo


Hidup ini kan hanya menunggu mati.... lalu untuk apa kita terobsesi mengejar sesuatu yang fana
sesungguhnya segala yang tampak berkilauan ini hanyalah ilusi
Dia lah Yang Maha Abadi

Senin, 18 Oktober 2010

Jeda

Ketika nafsu menjadi sekeras batu
Kau biarkan aku melawan
diriku sendiri

Bukankah Perang Bharatayudha telah usai?

Kudamba kemenangan Pandawa dalam jiwa
namun dentang jam berkata lain

pergilah tidur sejenak
Ada mimpi suci yang
menunggu untuk
dikunjungi

Perang akan terus berlanjut
Selama kereta kuda masih
tersembunyi di balik senja

Jumat, 15 Oktober 2010

waktu.... berhentilah sejenak. ada selamat ulang tahun yang ingin terucap

Tidak ada yang istimewa di hari ulang tahunku kali ini
Tidak ada kue tart, tidak ada lilin, atau pun kado
Bahkan aku sendiri hampir lupa kalau hari ini, tanggal limabelas oktober, tepat dua puluh empat tahun yang lalu aku dilahirkan bersama terbitnya sang mentari di sebuah desa yang sunyi.

Tepat.. sampai hari ini, aku tetaplah seorang gadis yang terus mengejar mimpi. Dengan dopamin dan serotonin di otaknya yang tidak bisa berfungsi dengan baik.
Tepat... sampai detik ini, aku harus minum obat sehari dua kali dengan dosis zofredal 2 mg dan trihexipenidhil.
Tepat... sampai tulisan ini dibuat. aku masih belum tahu sampai kapan aku harus menjalani semua ini.

Jika waktu bergerak maju... mestinya ada yang bisa mengembalikan nya ke masa yang lalu. Hingga aku bisa memperbaiki semua kesalahanku. Jika aku bisa mengubah hidupku saat ini, tentu akan lebih indah bukan?

Tapi "Waktu" tidak mengijinkan dirinya untuk kembali ke masa lampau. Pun tak ingin memperlihatkan bagaimana masa depan ku nanti. Waktu hanya meminta hari ini, jam ini, dan detik ini. Waktu ingin menemaniku sekarang. tidak kemarin, lusa, atau besok pagi.

Harapan laksana seekor burung yang bercicit merdu, hinggap di sebatang pohon. Lalu terbang begitu saja. Tanpa kau sempat menangkapnya. Namun meski dia pergi, suara merdunya masih terasa bukan? Jika suatu saat nanti apa yang aku harapkan akan terbang seperti angin, dan berhamburan seperti bulu burung. Setidaknya aku masih bisa bernyanyi sambil melihat langit yang lebih tinggi.

Aku pun tidak tahu apa yang akan terjadi nanti. Apakah aku tetap minum obat sehari dua kali. seumur hidupku. atau kah ada penemuan baru di bidang kedokteran untuk menyembuhkan semua ini. menyembuhkan luka, dan menaburkan bunga mawar di atasnya.

wahai waktu.... saat ini aku bersamamu. kumohon berhentilah sejenak. Ada selamat ulang tahun yang ingin terucap. Ada kebahagiaan yang menunggu untuk di sambut dengan senyuman. ada rasa rindu yang ingin dipeluk. Ada rasa hangat yang ingin terungkap.

wahai waktu... peganglah tanganku erat-erat. Ajaklah aku berlari bersamamu. melupakan masa lalu

Selasa, 28 September 2010

Tentang cinTa dan Tuhan yang Esa

Baru saja saya membaca tulisan di blog salah seorang penulis ternama di Indonesia. Isi tulisan tersebut membuat saya terinspirasi, tergelitik untuk menulis di blog saya sendiri. Untuk sedikit memberi sumbangsih wacana, merunut benang kusut yang terlanjur digulirkan bagai bola salju yang menghantam otak kita. Tentang CinTa dan Tuhan yang Esa.

Begitu banyak orang yang mempertanyakan tentang eksistensi Tuhan dan CinTa. Muncul pertanyaan-pertanyaan eksistensialis yang sering kita dengar. Apakah Tuhan itu Esa? Jika Tuhan itu Esa, mengapa dia menciptakan banyak cara dan agama? Lalu bagaimana dengan CinTa? Jika Tuhan yang menciptakan CinTa, mengapa kita tidak boleh menCinTa meskipun berbeda agama?

Bahkan ada pula yang berkelakar... pilih Tuhan atau cinta? pilih pacar atau agama?
atau tidak dua-duanya.

Sejenak, cobalah kita simpan dulu pertanyaan-pertanyaan yang begitu menyesak di otak kita. Bukan berarti kita mengabaikannya, atau pura-pura tidak tahu sekan-akan pertanyaan-pertanyaan itu tidak pernah ada. Lalu cobalah kita luruskan pelan-pelan benang kusut yang menjejali simpul-simpul syaraf dan logika.

Jika boleh jujur dengan diri sendiri, sebenarnya tahukah kita apakah arti CinTa sebenarnya?

CinTa adalah sesuatu yang "universal" namun setiap orang berbeda dalam mendefinisikannya. karena CinTa berkaitan dengan hati, dan rasa.
Dalam bahasa Inggris, CinTa disebut "Love" yang artinya " strong liking or affection", sesuatu yang sangat disukai. Menurut seorang filsuf dari America, Alexander Smith, CinTa adalah menemukan diri sendiri di dalam diri orang lain dan merasa bahagia dengan penemuan itu.

Ada kesamaan yang kita temukan di dalam diri seseorang sehingga kita merasa menjadi bagian dari dirinya. Ada sebuah magnet yang menarik kita begitu kuat sehingga kita ingin mendekat pada kutub yang berlawanan.

Ibunu Qayyim Al Jauziyah, seorang ulama salaf terkemuka, dalam buku "Taman Orang-Orang yang Jatuh Cinta dan Memendam Rindu, menuliskan ada beberapa motivasi yang membuat kita jatuh cinta pada seseorang. Bisa jadi karena elok rupanya, paras wajahnya, mulia keturunannya, atau berlimpah hartanya. Namun semua itu tidaklah kekal adanya. kecantikan akan pudar seiring waktu berjalan, harta yang berlimpah suatu saat akan habis jika tertimpa bencana, keturunan atau nasab yang dimuliakan orang bisa tercoreng karena aib yang disebarkan.
Sejalan dengan apa yang dikatakan Alexander Smith, CinTa yang paling kokoh adalah CinTa yang didasarkan atas keserasian, kecocokan, kemiripan selera jiwa. Dalam sebuah bait syair disebutkan " Setiap diri akan mencintai orang yang serasi dengannya." (Al Jauziyah,2000"143)

Keserasian bukan hanya karena kesamaan hobi, cita-cita, ide, pemikiran bahkan visi dan misi dalam mengarungi kehidupan. Bukan pula kesamaan wajah atau pun karakter. Pada kenyataannya ada pasangan yang karakternya sangat bertolak belakang namun bisa tetap mempertahankan pernikahan sampai ajal menjemput. Sesungguhnya keserasian berasal dari kesamaan pada apa yang ia yakini benar. Keselarasan jiwa bersumber dari kesamaan akidah. MenCinTai dan membenci karena Allah.

Pernikahan sesungguhnya adalah sebuah bentuk ibadah. Ia bukanlah lembaga yang (hanya) mengikat dua orang untuk menyalurkan hasrat biologisnya. Di dalamnya ada tata aturan dan ritual sebagai bentuk ketaatan seorang hamba terhadap Rabb nya. Bahkan segala bentuk ketaatan kita pada suami adalah bukti rasa CinTa kita kepada Allah Swt.

Pertanyaan nya jika seseorang menikah beda agama dengan mengatasnamakan CinTa, lalu CinTa yang seperti apa? CinTa karena apa? dan CinTa untuk siapa?

Apakah "itu" benar-benar CinTa atau Hawa Nafsu semata?

Saya rasa kita tidak perlu meributkan tentang Ke-Esaan atau Ke -jamakan Tuhan lalu menjadikannya alibi untuk melegalkan "CinTa".
Akan lebih baik jika kita berusaha "tahu" mengalami, merasakan dan menghayati hakikat CinTa itu sendiri.

Waallhua'lam bissawab

Rabu, 15 September 2010

human mind is very subtle

Di dunia ini tidak ada sesuatu pun yang bersifat kebetulan. Kebetulan hanyalah kata yang dibuat manusia untuk menyatakan kekaguman pada sesuatu yang telah terancang apik yang tidak pernah disadarinya. Hidup seperti menyusun puzzle pada mozaik. Dan rupanya sebuah puzzle kutemukan di dalm blog Arundati.

Jika alam adalah sebuah teka-teki, maka alam pulalah yang akan menentukan jawabannya. manusia hanya mencoba, mereka-reka. dari sains, antropologi, psikologi, bahkan sastra . dari satu sudut ke sudut lain. mengalihkan pandangan. paradigma. logika.

sesungguhnya pikiran manusia sangatlah sulit ditebak. ia dapat beralih, melompat, terbang dalam khayalan sebebas burung. tapi ia juga bisa mandeg tanpa bisa bergerak kemana-mana.

human mind is very subtle. hanyalah interpretasi. terkaan dari sebuah "pesan rahasia" dari blog arundati.

Ikan tak dapat bergerak dalam sungai yang membeku atau berenang dalam kabut pagi… Akar tak dapat menembus batu yang padat atau bertahan di pasir yang tertiup angin…


ada persamaan subjek antara ikan dan akar. aku melihat, sesungguhnya ikan dan akar melambangkan satu hal. "sesuatu yang tak dapat bergerak di tempat yang beku dan bernenang di kabut pagi. sesuatu yang tidak dapat menembus batu yang padat atau bertahan di pasir yang tertiup angin. ada "sesuatu" yang disimbolkan melalui perlambangan ikan dan akar. Pikiran manusia, tidak akan bergerak di tempat yang beku. karena jika manusia berada dalam titik jenuh dan bosan, ia tidak akan bisa menggali ide-ide dalam pikirannya. tidak bisa menghasilkan sebuah karya. Pun jika ia berada di suatu keadaan yang tidak stabil, pikiran manusia akan mudah goyah. Ia bahkan tidak bisa mengambil sebuah keputusan.
Lalu siapakah yang menentukan kestabilan pikiran? dia lah hati. Akar tidak akan bisa menembus batu yang padat. pikiran tidak akan bisa bergerak dalam hati yang keras. pun tidak akan bisa bertahan di dalam hati yang goyah.

kestabilan pikiran dan hati... kestabilan alam... kestabilan kosmos...

semoga bisa menjawab teka teki ini...

Rabu, 24 Februari 2010

Supernova, Ksatria Putri dan Bintang Jatuh, Membuka Selubung Misteri Alam Raya


Kalau tidak salah ingat, pertama kali membaca Supernova saya masih duduk di bangku kelas dua es em pe. Saya memang tidak begitu memahami konsep-konsep sains yang dijabarkan dalam novel-novel tersebut. Tentang bifurkasi, turbulensi, percobaan 'Kucing schrodinger', atau penelitian Faraday. Tapi entah mengapa saya seperti memahami sesuatu, yang tidak bisa saya ungkapkan kepada orang lain, bahkan diri saya sendiri pun tidak bisa mendefinisikannya secara gamblang. Perasaan, atau mungkin intuisi saya saat itu memang tidak bisa dijelaskan secara runtut seperti metodologi ilmiah. Saya hanya merasa "faham" saja tanpa bisa menjelaskan kefahaman saya kepada orang lain.

saya membaca novel itu untuk kedua kalinya pada pertengahan februari lalu, saat saya sudah berstatus sebagai seorang mahasiswa Sastra Inggris semester akhir. Betapa terkejutnya saya ketika saya membaca dan menemukan sensasi-sensasi yang tidak saya temukan ketika membacanya pertama kali. Ada benang-benang halus yang mengaitkan 'kefahaman'saya di masa lalu dan 'kefahaman'saya di masa sekarang. Dan akhirnya saya bisa mendeskripsikan 'sesuatu' yang tak terdefinisikan di masa lalu. Sesuatu yang selama bertahun-tahun menjadi pertanyaan terbesar saya. Sesuatu yang membuat saya, hampir setengah gila.

Dan Supernova membuat saya merasa "waras" sewaras-warasnya.

Supernova, bukan hanya sekedar sebuah novel. Tetapi dia adalah sebuah virus yang menginfeksi tiap pembacanya. Dia menciptakan benang-benang halus yang mampu menghancurkan tembok penghalang ilmu pengetahuan. Tembok yang mengkotak-kotakkan antara sains, sastra, dan sosial. Seperti hancurnya tembok Berlin yang menyatukan Jerman Timur dan Jerman Barat. Benang-benang itu menghubungkan sains yang melangit dan sastra yang membumi. Menghubungkan Teori relativitas einstaint dengan perselingkuhan seorang wanita karir dan pengusaha muda.

Banyak teman-teman saya yang bilang kalau Supernova itu novel 'berat", susah dimengerti. Tapi bagi saya, Supernova lebih gamblang dari buku teori filsafat manapun. Supernova mengungkap rahasia-rahasia alam raya yang selama ini masih tertutup kabut. Pernah suatu kali saya berpikir, bahwa konsep "waktu" di dunia ini sebenarnya tidak ada. Jam, menit, detik hanya lah sebuah konsensus. Kesepakatan international saja. Masa lalu dan masa depan itu tidak ada. hanya sebuah ilusi. yang ada hanya lah 'saat ini.' kalau saya mendiskusikannya dengan orang lain, mungkin saya akan dianggap 'gila'. Seseorang yang tidak punya latar belakang pendidikan sains, bahkan nilai fisikanya tidak pernah beranjak dari angka enam berani menentang konsensus international yang di "amini' oleh semua orang di dunia ini.

Tapi, Supernova seperti teman curhat yang tepat bagi saya. Bahkan 'kegilaan' saya selama ini dibenarkan olehnya.

Selama ini, saya merasa punya keterikatan batin dengan seseorang. Ketika dia sakit, saya ikut merasakan sakitnya. Saya tahu kapan dia sakit tanpa ada yang memberitahu. Saya tahu kapan dia punya masalah tanpa dia menceritakannya dulu pada saya. Dia mengerti apa yang saya pikirkan, dan saya pun mengerti apa yang dia pikirkan. Dia bukan orang tua saya, saudara saya, atau bahkan kekasih saya. dia hanya seorang 'teman.'
Mulanya saya berpikir, adakah penjelasan ilmiah mengenai hal ini? Apakah dua orang yang berjarak ribuan kilometer bisa memikirkan hal yang sama?
dan ternyata Supernova menjawab pertanyaan saya. Percobaan Faraday membuktikan secara ilmiah fenomena yang saya alami.

Yang terakhir, Supernova menjawab sebuah tanda tanya besar yang tidak hanya ada di dalam benak saya, tetapi juga seluruh makhluk di dunia ini. Anjing, kucing, rumput, lebah, lalat, amoeba, parasit...... tentang keteraturan dan ketidakteraturan, tentang kepastian dan ketidak pastian, tentang Kekuatan apa yang menyebabkan gravitasi itu menjatuhkan buah apel dari pohonnya. Tentang Siapa yang menentukan apakah koin yang kita lemparkan ke udara akan mendarat dalam bentuk gambar rumah ataukah gambar burung cendrawasih.

Ternyata, roman kehidupan yang kita alami adalah sebuah fenomena 'sains' yang luar biasa dahsyat! Supernova menelusurinya dengan halus. Membentangkan benang-benang halus, merunutkan segala yang kusut dan carut marut.
Tetapi, seperti relativitas Einstaint, kebenaran di dunia ini tidaklah mutlak. Supernova adalah makhluk. dan dia tidak hakiki. Relativ. Tidak mutlak.

Sesaat setelah menamatkan novel ini, saya merasa 'plong' seperti habis membuang 'hasil ekskresi' di dalam tubuh yang sudah lama menumpuk seperti sampah busuk. Seperti orang jawa yang baru saja mendapat kejelasan dari kebingungan yang dia hadapi, novel ini membuat saya mengucap 'oalah.....ngono to tibake.........'
tetapi selain rasa lega, masih ada satu hal yang menggelitik di pikiran saya. Sebuah pikiran jahat yang egois
. Seandianya saya bisa bertemu mbak Dewi Lestari, saya ingin mengatakan padanya, " Yah.... Mbak Dewi jadi gak surprise lagi dong.... Kok dikasih tahu sih? Biarin aja 'mereka' bertanya-tanya. Biarkan saja 'tanda tanya' besar itu tetap ada di kepala 'mereka'. Biar mereka mencari dan menemukannya sendiri."

*Dee= Dewi Lestari, penulis buku Supernova

Minggu, 07 Februari 2010

Aku, Perahu Kertas dan Sekolah Bintang

Entah kenapa sejak dulu ada keinginan terpendam yang ingin aku wujudkan. Diam-diam aku punya mimpi yang tumbuh perlahan seiring bertambahnya umurku. Tanpa kusadari mimpi itu merasuk hingga ke alam bawah sadarku. Tanpa kutahu kapan bisa mewujudkannya.

Aku ingin sekali mengajar. Memang hal ini tidak terlalu istimewa bagi sebagian orang. Apa enaknya mengajar.Sudah capek, bayarannya masih kalah sama pengusaha. Tapi bagiku mengajar seperti panggilan hati. Dulu, sebelum meninggal, tanteku pernah mendoakan supaya aku berhasil menjadi seorang guru. Dan aku memang memendam keininan untuk mengajar. Tepatnya mengajar anak-anak. Bahkan aku sempat iri pada temanku yang mengajar TK/playgroup selepas SMA, sementara aku melanjutkan kuliah di sebuah Universitas Negeri di kota Malang.

Beberapa bulan yang lalu, aku membeli novel karya dari pengarang favoritku, Dewi Lestari. Judulnya Perahu Kertas. Seperti novel Dee (nama beken dari mbak Dewi Lestari), Supernova, Perahu Kertas benar-benar membuatku tersihir. tidak hanya aku saja, bahkan teman satu kontrakan banyak yang tergila-gila dengan novel ini. Mereka rela mengantri berhari-hari demi membaca novel ini.

Sebenarnya ceritanya sederhana.Tidak terlalu rumit. Tetapi kepiawaian Dee meramunya menjadi sebuah cerita yang menarik patut diacungi jempol. Bahasanya pas. setiap kata mewakili emosi tiap karakternya. Mampu membuat pembacanya menangis sekaligus tertawa dalam setiap bab nya. Novel ini menceritakan tentang perjalan seorang gados bernama Kugy dalam meraih mimpi, cita-cita dan cintanya. Tidak seperti remaja kebanyakan, Kugy ingin menjadi penulis dongeng. Dia suka sekali menulis dongeng, bahkan ia punya banyak serial dongeng yang ia tulis sendiri dengan tulisan tangan. Sadar bahwa menjadi penulis dongeng adaah pilihan sulit untuk masa sekarang yang penuh dengantuntutan materi, untuk sementara ia 'membelokkan" jalannya menjadi penulis cerita remaja yang menjanjikan lebih banyak uang. Nanti, jika ia punya materi yang cukup ia akan kembali menjadi penulis dongeng.

Dalam perjalannan hidupnya, ia bertemu dengan seorang pemuda bernama Keenan. Ia suka melukis, namun keinginannya menjadi peukis ditentang oleh ayahnya. Karena itu ia terpaksa kuliah di jurusan ekonomi untuk memenuhi keinginan ayahnya. Kugy dan Keenan saling menyukai. bahkan saat pertemuan pertama. Kepada Keenan lah Kugy bisa jujur dan mengungkapkan isi jatinya. Begitu juga dengan Keenan. Namun kenyataan berkata lain. Meski saling suka tapi mereka tidak pernah mengingkapkan perasannya. Sampai akhirnya, Kugy berusaha menghindari Keenan karena dia patah hati.

saat hatinya hancur, seseorang menawarinya untuk menjadi relawan di sebuah sekolah gratis untuk anak-anak jalanan. Namanya 'Sakolah Alit' Di situlah akhirnya Kugy mencoba mengobati luka-luka hatinya dengan menjara anak-anak jalanan. Bersama mereka, Kugy menemukan dunianya yang hilang. Ia menjadi penulis ceruta dongeng untuk mereka.

Mungkin, ini hanya perasaan melankolisku yang sedang "bermain", ataukah memang sebuah kebetulan ketika suatu hari ada 'seseorang' yang menawarkan aku untuk menjadi guru sekolah gratis untuk anak-anak SD. Seperti Kugy, aku juga sedang ingin melupakan seseorang. Dia yang membuatku seperti cinderella dua belas jam, lalu menjadi upik abu lagi ketika lonceng berbunyi.
Tanpa pikir panjang, aku menerima tawaran itu. Akhirnya, aku menemukan dunia ku , mimpiku yang telah lama terkubur. Aku mengajar bahasa Inggris unuk anak-anak di 'Sekolah Bintang.'

Baru sekitar empat kali aku bertemu dengan mereka. Mengajarkan mereka menyanyi, berhitung, conversation, dan membantu mereka mengerjakan PR. Rasanya, aku telah jatuh cinta pada mereka. Aku menikmati setiap mereka tersenyum, tertawa, cemberut kalo ngambek. Dan aku selalu merindukan panggilan kesayangan mereka terhadapku " Miss Miza"

Pada akhir cerita, Kugy menemukan cinta sejatinya. Seperti akhir cerita cinderralla. Ia bahagua dengan Keenan. Sedangkan aku tidak tahu bagaimana cerita ini akan berakhir. Karena aku tidak bisa meramalkan masa depan, dan kejadian apa yang akan menimpaku. Meskipun begitu, aku menikmati perjalanan ini. Sekolah Bintang membuatku belajar tentang arti sebuah keikhlasan. Aku bisa merasakan bgaimana rasa cinta seorang guru kepada muridnya, seorang kakak pada adiknya.

Aku ingin melihat mereka tersenyum bahagia sambil berlarian mengejar mimpi-mimoi mereka.
Dan aku pun berusaha menyembuhkan luka-luka itu........ satu demi-satu....