Kamis, 23 Desember 2010

Mengapa Aku Memanggilmu "Ibu"



Ibu. Satu kata, yang sangat istimewa. Betapa gadis-gadis dewasa sangat mendamba panggilan ini. Bukan dari orang lain. Bukan dari seorang murid kepada guru, seorang bawahan kepada atasan, atau seorang laki-laki pada rekan kerjanya di kantor. Namun sebuah kata yang terucap tulus dari seorang anak kepada wanita yang dengan susah payah melahirkannya.

Ketika seorang anak lahir ke dunia, tangannya yang mungil menyentuh pipi ibunya yang meneteskan air mata bahagia. Betapa, saat itu air susu menjadi ikatan darah yang tak pernah lekang ditelan waktu.

Ibu. lalu nama itu kupanggil dengan rasa haru. saat aku meneleponmu seusai subuh. dalam hati yang luruh karena apa yang kuberikan selama ini tak sebanding dengan air mata perjuanganmu.

" Selamat Hari Ibu." 

Bahkan kau pun tak hirau apakah itu hari Ibu, hari Bapak, hari anak....

yang kau risaukan apakah anak gadismu baik-baik saja. tercukupi kebutuhannya. berakhlak baik. berkepribadian tangguh. menjaga harga dirinya. menjaga nama baik keluarganya.

dan.... segera lulus skripsinya....

Ibu. Saat aku sakit pun, kau tahu dari sudut mataku, tanpa aku mengatakannya. Karena kata-kata hanyalah batas untuk mendefinisikan makna. Sementara hati kita terpaut dengan darah dan sumsum yang sama. lebih dari sekedar makna.

Ada  yang tidak terkatakan. dalam diam. atau dalam kesibukanmu menata bekalku untuk dibawa merantau. "Bawalah kue ini, jangan lupa abon sapi, gula putih, susu, madu. " Tanpa lelah kau mengingatkanku. " Apa uangmu masih ada? kurang atau tidak? " Selalu saja pertanyaan itu. betapa sangat menusuk hatiku. Aku yang belum juga lulus dan mandiri. Masih saja bergantung pada pemberian orang tua.

Ibu. Aku memangilmu Ibu, untuk kesekian kalinya dalam hidupku.

Bukan hanya karena aku lahir dari rahimmu. Atau kau yang menyusui aku, mengajariku berjalan. menyisir rambutku. memandikan aku. memeluk aku saat sakit. menghapus air mataku. memarahiku. memukulku.mengingatkanku.

namun bahasa cinta, antara dua orang perempuan yang dipertemukan dalam keluhuran ikatan.

bahasa Cinta yang diturunkan dengan penuh kasih oleh Nya

bahasa Cinta, melawan segala logika, definisi. lebih dari sekedar keindahan dan kekaguman.

bahasa Cinta menembus batas yang nyata, melalui panjangnya lorong-lorong waktu.

Malang, 24 Desember 2010.

" seuntai Cinta untuk Ibu





Senin, 20 Desember 2010

hatta



hatta, sejak kapan kau mengenal tanda?

menyebut nama-nama
mendefinisikan semesta dengan bahasa

Kata-kata menjabarkan kebenaran
yang diklaim sendiri kesahihannya.


hatta, ketika abjad lebur menjadi debu
dilumat Sang Waktu
lalu bagaimana kau bisa menjelaskan makna?


Barulah kau menyadari
YangTakTerdefinisi itulah
hakiki

hatta, tak perlu kau merangkai kata menjadi frasa
kalimat-kalimat yang sia-sia

cukup kau rasakan saja

hatta.