Selasa, 11 November 2008

Writing School FLP, Sebuah Perjalanan Panjang?


Pada semester ini, aku mengikuti sebuah "sekolah menulis" yang diadakan oleh Forum Lingkar Pena (FLP) Malang. FLP Malang mengadakan Writing School (nama sekolah menulis yang kuikuti) untuk memberikan fasilitas belajar pada orang-orang yang berminat dalam bidang tulis menulis. Siapa pun boleh mengikuti Writing School, tidak terbatas pada usia, status, pekerjaan, asalkan bisa mengikuti "perkuliahan" dengan baik, dan tentu saja melunasi tanggungan administrasi.

Sekolah ini tidak mahal, dan cukup terjangkau bagi semua kalangan. sebelum mengikuti perkuliahan bersama, kami diharuskan mengikuti "diklat" sebagi persyaratan untuk menjadi peserta. Kami mengikuti "diklat" di daerah Jun Rejo, Batu Malang. Di sana, kami dibekali dengan berbagai materi baik tentang penulisan fiksi, maupun kejurnalistikan. Hadir pula Bunda Shinta Yudisia, penulis novel Lafaz-Lafaz Cinta yang sekarang menjadi Ketua FLP Jawa Timur. Selain itu, kami juga mengikuti outbond yang diadakan oleh panitia. Outbond nya cukup seru. Apalagi, regu ku keluar sebagai juaranya.

Sekolah menulis ini merupakan hal yang baru bagiku. Selama ini, aku lebih banyak berinteraksi dengan teman-teman yang seumuran denganku. Namun di sekolah ini lah, aku bisa satu kelas dengan adik-adik yang masih duduk di bangku smp, sma, bahkan dengan dosen dan ibu-ibu rumah tangga. Betapa hal ini sangat menarik, karena selama ini aku merasakan adanya "gap" antara generasi tua dan generasi muda. Di sini lah kami bisa belajar bersama sebagai serorang murid, saling berbagi pengetahuan tanpa membedakan usia, status, dan pekerjaan.

Menurutku, sekolah menulis ini adalah salah satu usaha yang positif dari FLP untuk melahirkan calon-calon penulis baru. Aku sendiri, sangat berminat dengan kegiatan ini karena tujuanku kuliah di sini adalah untuk belajar sastra dan teori kepenulisan. Dari kecil, aku mempunyai keinginan menjadi seorang penulis. Aku suka menulis cerpen, puisi, atau tulisan-tulisan ringan yang kukupas dari kehidupan sehari-hari.

Sekolah menulis ini adalah sebuah batu loncatan untuk mencapai cita-citaku. Sebuah perjalanan harus aku lalui. akankah ini menjadi sebuah perjalanan panjang yang penuh liku-liku atau kah
"jalan tol" bebas hambatan yang membantuku untuk cepat mencapai tujuan. Akankah nantinya aku menjadi penulis terkenal, atau hanya menjadi peserta yang setelah lulus tidak menghasilkan apa-apa.

Inilah yang aku takutkan. Mendengar cerita seorang teman, yang dulunya anggota FLP, tapi sekarang sudah tidak aktif lagi. Pada tahun 2004 dia mengikuti kegiatan-kegiatan dari FLP. Tapi sekarang sudah tidak lagi. Bahkan dia sudah tidak aktif di dunia tulis menulis lagi.

Aku tidak pernah tahu seperti apa nasibku di masa yang akan datang. Aku hanya bisa berusaha. Aku berharap, setelah mengikuti perkuliahan ini, benar-benar ada "follow-up" dari pihak penyelenggara. Jadi, kami bisa lebih terfasilitasi dalam mengembangkan bakat di dunia kepenulisan.

Untuk diriku sendiri, aku juga akan berusaha untuk konsisten menjalani sekolah ini. Hingga akhirnya melalui proses ini, aku bisa mencapai apa yang aku cita-citakan selama ini.

Watu Gong 17 B, Sebuah Ironi Kehidupan

suatu siang yang menjemukan. aku ingat sekali, hari itu hari sabtu, saat tiga cewek penghuni Watu Gong 17 B sedang bermalas-malasan di sofa. tidak ada hal penting yang kita lakukan saat itu. aku, mbak Dia dan Mbak Yantz sedang berada pada titik jemu. hanya nonton tv, setelah itu nonton dua film sekaligus, New Jersey Girl dan Just Married.

bukan dua film itu yang ingin kubahas dalam blog ini. melainkan, sebuah fenomena yang (mungkin) orang menilainya wajar, namun jika dirasakan lebih dalam menjadi sebuah ironi kehidupan yang membuat hati kita miris.

sederhana saja sebenarnya. hari itu kami bingung mau makan apa. bahkan aku sempat berkata, "bosan" dengan masakan di sekitar watu gong, daerah kerto dan sekitarnya. mungkin hal ini juga dialami beberapa mahasiswa yang telah lebih dari setahun, dua tahun tinggal di malang. namun, jika kita bertanya kepada diri kita sendiri, apakah pantas merasa "bosan" dengan makanan yang tersedia, dan kita mampu untuk membelinya. tidakkah kita berpikir bahwa di luar sana masih banyak orang yang kelaparan. bahkan untuk makan sehari sekali pun, mereka harus bekerja keras, banting tulang. jangankan untuk memilih makanan, untuk mencari sesuap nasi saja, mereka harus ngamen, memungut sampah, menjadi buruh tani, atau bahkan mengemis

saat itu, aku menyadari betapa aku sangat keterlaluan. tidak mensyukuri apa yang telah diberikan Allah padaku. dengan kondisi keuangan yang cukup, bisa memilih apa yang aku suka, aku bahkan merasa "bosan", dan sama sekali tidak menghargainya.

Hari itu, aku, mbak Dia, dan Mbak Yantz mulai sadar tentang bagaimana seharusnya menghargai hidup, mensyukuri apa yang telah kita dapatkan. dan mulai saat itu aku mencoba menerima apa yang telah aku dapatkan selama ini, bahkan di setiap hari yang aku lalui. di setiap kesempatan yang diberikan padaku, untuk memilih apa yang aku suka.

Selasa, 14 Oktober 2008

reflection

apakah waktu yang menyeretku, atau aku yang berlari mengejarnya

metamorfosis membawaku pada sebuah fase

dan aku tak mau menunggu adegan berikutnya

aku akan mengejarnya

Memiliki Kehilangan

Seperti lagu yang dinyanyikan band asal Yogyakarta, Letto. Kita tidak akan merasa memiliki kalau kita tidak pernah merasakan bagaimana sakitnya kehilangan.
Tapi untuk kasus yang satu ini, aku bahkan tidak merasa memiliki ketika kehilangan. Lho.....???

ya, dia adalah bagian dari hidupku, menemani saat bangun dan tidurku, kala aku merasa bahagia, sedih, cemas. dia lah yang membuatku tersenyum, terharu atau bahkan tertawa cekikikan gak karuan. yang terpenting adalah kenanganku bersama orang-orang yang kucintai ada pada dirinya.

namun sekarang dia sudah tak di sisiku lagi.... benda itu.... Ha Pe ku. dia hilang bersama deru mesin angkot yang melaju ke Arjosari. seketika aku terdiam dan... Plash! aku sudah tidak bisa lagi merasakan kehilangan. entah mengapa kali ini aku tidak menangis saat kehilangan benda yang kusayangi. dan yang lebih mengherankan lagi aku merasa lebih tenang dan lega. Lho....

mungkin dengan berjalannya waktu dan bertambahnya umurku aku tak lagi "mendewakan" benda-benda yang paling berarti dalam hidupku. padahal dulu, kehilangan jilbab saja sudah uring-uringan. aku sadar, semua yang kumiliki bukanlah milikku seutuhnya. ada yang paling berhak memiliki, dan mencabutnya kembali dari kehidupanku. Dia lah yang memiliki segalanya. Bahwa segala sesuatu di dunia hanyalah titipan adalah sebuah keniscayaan.

Aku pun menyadari Ha Pe ku itu banyak dosanya... (??)

lewat Ha Pe itu aku sering ngerjain temen2 dan sms yang tak penting. lebih parahnya lagi benda itu telah mengotori hatiku karena menyimpan sms-sms dari seseorang yang..... ( tak bisa dideskripsikan).

ya, memiliki kehilangan. sesungguhnya kita tidak pernah memiliki, dan kehilangan.
we are nothing

Minggu, 14 September 2008

Renungan Ramadhan

Langit kemerahan,
betapa waktu menerkamku
hari demi hari
bukan masa depan atau masa lalu
tapi masa kini

Tuhan, betapa jauh jarak yang kutempuh
menyingkap tabir hijab Mu
betapa wajahMu yang Mahaindah
begitu kudus
tak tergapai
betapa diriMu yang Mahaagung
hingga gunung pun hancur luluh
tercerai-berai

jika boleh aku memohon.....

inginku bersimpuh sujud dihadapanmu
meneteskan luh penuh sesal
dan berjuta kealpaan yang tiada kusangkal
inginku terpaut pada senyap
pada dzikir ku lelap
dalam doa yang kerap
Kau kudekap

Tuhan....
kala Kau jadikan Ramadhan
cahaya rahmat Mu yang benderang
akankah Kau izinkan hambaMu
menggapai percikannya
kala Kau jadikan Ramadhan
telaga suciMu yang menyejukkan
izinkan diri ini
meneguknya
hingga kurasakan
cinta Mu mengembang
dalam jiwa yang gersang

Senin, 08 September 2008

The Secret, Rahasia


Aku tidak tahu, apakah semua orang telah mengetahui Rahasia ini. Atau mungkin mereka tahu, tapi tidak menyadarinya. Rhonda Byrne, seorang penulis, telah mengungkapkan Rahasia itu kepada dunia dalam sebuah bukunya " The Secret". Setelah membaca buku ini, aku menemukan sebuah jawaban dari pertanyaan besarku selama ini. Apakah sebenarnya pusat dari kehidupan ini? Dan jawabannya adalah " dirimu sendiri". Semuanya berawal dari pikiran, persepsi. Ia punya andil dalam menentukan langkah hidup manusia.
Setiap orang melangkah, menjalani hidup berdasarkan persepsinya sendiri. Persepsinya tentang keindahan, ketulusan, persepsinya tentang Semesta. Apa pun yang dia pikirkan tentang Semesta, maka Semesta memberikan timbal balik yang sama.
Hukum Tarik Menarik. apa yang kau persepsikan, adalah apa yang kau dapatkan.

Menurut Einstein, waktu adalah ilusi. Masa lalu dan masa depan adalah cerminan hidupmu masa kini. Apa jadinya dirimu sekarang adalah buah dari tingkah polah masa lalumu. Sedangkan masa depan adalah capaian yang telah kau peroleh di masa kini.

Karena itu lah penting bagi kita untuk mengendalikan apa yang disebut "pikiran". Jika kau berpikir bahwa kuliah itu susah, maka kau akan mengalami banyak kesulitan selama kuliah. Begitu pun sebaliknya jika kau berpikir bahwa kuliah itu menyenangkan, maka kau akan mengalami banyak hal-hal yang indah selama kuliah. Tanpa kusadari, aku telah mencoba hal ini sejak lama. Pada semester tiga, aku men-setting pikiranku untuk mencapai IP 3,5. Saat itu aku sekedar menebak "paling-paling semester ini IP ku minimal 3,5. Dan ternyata pada akhir semester aku meraih IP sama persis seperti apa yang aku pikirkan. Semester berikutnya, aku men-setting "pikiranku" untuk meraih IP lebih dari 3,5. Dan ternyata aku bisa meraih IP 3,81.
Selama hidup, aku telah terbiasa melakukan hal ini. Tanpa sadar aku telah menemukan bahkan mempraktekkan apa yang disebut "Rhonda Byrne" dalam bukunya, The Secret.

Terlepas dari apakah orang mengetahui Rahasia ini atau tidak, menurut pendapatku sebenarnya Rahasia ini telah terkuak dalam sebuah kitab suci umat Islam, Al Qur'an. Bukankah dalam Al Qur'an dinyatakan bahwa " Allah menurut persangkaan hamba-Nya". Jika kau berpikir positif pada Allah, maka kebaikanlah yang kau dapatkan. Bukankah Islam mengajarkan untuk selalu berbaik sangka? Bahkan dalam Islam su'udzon atau prasangka buruk adalah dosa. Kita umat Islam diajarkan untuk bersikap untuk optimis, dan diharamkan untuk berputus asa.

Jadi, menurut pendapatku The Secret itu sebenarnya bukanlah Rahasia. Ia menjadi Rahasia karena banyak orang yang tidak menyadarinya. Mereka tahu, tapi mengacuhkannya.

Sebagai orang yang berpredikat seorang "muslim". mestinya dia lebih tahu bagaimana menggunakan dan mengendalikan "rahasia" ini sebaik mungkin. hingga akhirnya ia memperoleh manfaat sebesar-besarnya dari Rahasia ini.

Senin, 01 September 2008

Selamat Datang Ospek, Selamat Datang Maba


Ospek atau yang sekarang disebut PKK Maba adalah ucapan "selamat datang" kepada mahasiswa yang baru menempati tahun pertamanya di Universitas Brawijaya. Ospek kali ini menorehkan fenomena yang agak lain di Brawijaya. SK rektor menyatakan adanya penghapusan konsep DISMA ( Disiplin Mahasiswa) dan konsep perploncoan. Bagi panitia PKK Maba Program Bahasa dan Sastra, SK rektor diaplikasikan dengan cukup baik. Untuk mendisiplinkan Maba, mereka membentuk Tim Lapangan yang fungsinya untuk menertibkan mahasiswa. Tentu saja, fenomena "bentak-membentak" masih terlihat di PKK Maba tahun ini. Akan sangat sulit jika Tim Lapangan dilarang membentak. Hal itu disebabkan masih banyak mahasiswa baru yang tidak disiplin, misalnya datang terlambat dan tidak menyelesaikan tugas yang diberikan. Untuk tahun ini, tugas-tugas yang diberikan cukup mendidik. Misalnya membuat essay tentang tokoh-tokoh sastrawan dan mendaur ulang barang bekas. Kepanitian PKK Maba 2008 ini cukup sukses, karena Bastra mendapatkan pujian dari PR 3 saat beliau melihat para maba berkreasi dengan barang bekas.

Dalam kepanitiaan ini, aku berperan sebagai pendamping kelompok Gustave Flaubert. Mereka anak-anak yang cukup aktif lho... bahkan mereka mendapatkan dua penghargaan. Sebagai kelompok "terpelit" dan sebagai kelompok "terkompak".

PKK Maba ini adalah awal dari pengenalan para mahasiswa baru di dunia kampus. Bahwa kehidupan kampus selanjutnya lebih keras dan menantang adalah hal yang tidak bisa dipungkiri para mahasiswa. Dimana kita sebagai mahasiswa dituntut untuk hidup mandiri dan menyelesaikan permasalahan-permasalahan tanpa banyak bantuan dari orang tua.

Hidup adalah soal pilihan. Tak terkecuali kehidupan kampus. Apakah kita ingin menjadi mahasiswa yang "sambil lalu saja" easy come,easy go tanpa menorehkan catatan sejarah apa pun di kampus, tanpa meninggalkan jejak kebaikan di kampus adalah juga soal pilihan.

So, buat para mahasiswa baru khususnya Program Bahasa dan Sastra Universitas Brawijaya, manfaatkanlah masa studi kalian di kampus ini. Ikutilah kegiatan-kegiatan yang bermanfaat. Banyak sekali hal-hal yang akan kalian peroleh. Then, the last but not least...... Welcome In The Jungle. Survival For The Fittest!!!!

Jumat, 01 Agustus 2008

Aini, Apa Yang kau Lihat

"You may see but you don't understand what you see"

Aini,
apa yang kau lihat
dalam rapatnya udara
apa yang kau lihat
dalam pekatnya air
apa yang kau lihat
dalam sepercik api

Aini,
apa yang kau lihat
dalam sepotong ranting
apa yang kau lihat
dalam selembar daun
apa yang kau lihat
dalam segenggam rumput

Aini,
apa yang kau lihat
dalam rapuh sekerat daging
dalam hitam segumpal darah

Aini,
everything is not to ask
just to see and believe it

Senin, 21 Juli 2008

Jalan Hidup

Hidup adalah sebuah pilihan. Bagaimana seseorang menentukan apakah ia ingin jalan ke kanan atau ke kiri, bagaimana ia memanfaatkan waktu istirahatnya dengan tidur atau membaca adalah soal pilihan.

Hari ini aku memilih mencuci dengan tangan daripada memakai mesin cuci. Mungkin bagi sebagian orang mencuci dengan tangan adalah hal biasa, tidak ada istimewanya. Tapi bagiku, yang baru terbiasa mencuci saat awal kuliah , ini adalah hal yang istimewa.

Ada dua orang yang bertanya kepadaku dengan nada heran. Mengapa aku tidak menggunakan mesin cuci saja. pada budheku kujawab "Ah, sambil olahraga saja", dan pada adikku kujawab "Ah, tidak apa-apa."

Aku berpikir, hidup ini tidaklah stagnan. Roda akan terus berputar seiring berjalannya waktu. Sekarang ini aku bisa hidup enak, tinggal di sebuah keluarga yang berkecukupan, hampir tidak pernah mengeluhkan masalah keuangan. Apa yang kuinginkan pasti terpenuhi, kalau tidak hari ini ya besok.
Tapi siapa sangka kalau tiba-tiba keadaanku berubah. Seperti misalnya aku punya suami yang belum mapan secara ekonomi. Bukannya aku pesimis, tapi semuanya bisa saja terjadi. bagaimana nanti kalau suamiku tidak bisa membelikan aku mesin cuci, kompor gas, atau bahkan televisi sekalipun. Mau tidak mau aku pun harus hidup "prihatin" , bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Mana mungkin aku membebani suamiku dengan permintaan yang macam-macam.
Karena itulah mulai detik ini aku memilih jalanku sendiri. Dari seorang gadis yang bergaya "ok putri" menjadi seseorang yang mandiri.

Ternyata mencuci baju sendiri itu menyenagkan. Aku menikmati setiap tetesan air yang membasahi tanganku. Begitu menyegarkan. Seperti itu pula aku ingin menikmati jerih payahku sendiri dari setiap tetesan keringatku. Aku ingin bekerja sendiri. Memulai usaha dari nol dan tidak lagi bergantung pada pemberian orang tua. Hingga suatu hari nanti aku berharap akan memetik hasilnya sendiri dengan perasaan bangga dan bahagia.

Minggu, 20 Juli 2008

Mahasiswa

Teriakanmu

Banci!

Siapa yang perduli

bukan Benci

itu id

Siluet


Kau kah takdirku

Memaksaku dan
merobek dengan
paksa jantungku

adalah hati
dan rasa yang mengalir
seperti matahari
seperti waktu

aku riuh dalam teduh
matamu indah seluruh
tubuh tergetar oleh
kilatan cahaya
kau kah pancarannya?

Sahabat Lama

Aku tak pernah menyangka jika suatu hari aku bertemu dengan seseorang yang memiliki andil besar dalam kehidupanku. Dia bukanlah seorang motivator, atau sahabat yang selalu mendukung kegiatan dan aktivitasku selama ini. Tapi, dia adalah seorang musuh. Musuh terbesarku di masa lalu.

Sewaktu aku masih SD, ada seseorang yang selalu mengkritikku dan terlihat sangat tidak suka kepadaku. Aku merasa dia sering mengomentari apa yang aku lakukan. Sewaktu SD dulu aku memang banyak ikut kegiatan, bahkan ( bukan bermaksud untuk membanggakan diri ) aku termasuk anak yang berprestasi di SD ku. Karena itu lah aku sering mendapatkan perhatian dari berbagai pihak baik itu yang bernada positif maupun negatif.

Sebagai seorang melankolis yang sangat perasa, sampai sekarang aku masih mengingat dengan jelas siapa-siapa orang yang menyakiti hatiku. Salah satunya adalah teman lamaku yang mengataiku sebagai "anak manja". Rasa sakit hati itu kubawa hingga aku beranjak dewasa. Bahkan, sampai aku kuliah pun aku merasa dia adalah musuh bebuyutanku.

Hingga kemarin saat sepupuku menikah, aku tidak sengaja bertemu dengan dia. Tanpa diduga dia lah yang menyapa ibuku terlebih dahulu. Aku, yang mendengar percakapan mereka berdua segera masuk ke ruang tamu. Aku kaget sekali melihat dia. Banyak sekali perubahan yang terjadi pada dirinya. Wajahnya jadi lebih cantik, tutur katanya jadi lebih lembut, mencerminkan kematangan seorang perempuan.

Dia mengajakku mengobrol. Tanpa terasa, kami terlibat dalam obrolan yang seru, mulai dari teman-teman kami yang sekarang telah sukses sampai teman-teman yang sampai sekarang tak terdengar kabarnya. Dia ternyata sudah menikah. Aku tak menyangka dia menikah dengan pemuda yang tinggal di depan rumah sepupuku. Dia menceritakan bagaimana dia bisa bertemu dengan suaminya. Sedangkan aku tak banyak menceritakan tentang diriku. Lagipula apa yang bisa diceritakan seorang gadis yang masih berstatus sebagai mahasiswa. Tentu akan kalah menarik dibandingkan dengan cerita seru ibu rumah tangga.

Obrolan kami mengalir begitu saja. Kami seperti "sahabat lama" yang terpisahkan oleh waktu. Padahal kenyataanya, kami dulu adalah seorang "musuh". Dalam setiap obrolannya, dia sama sekali tidak pernah menyinggung pertengkaran kami di masa lalu. Mungkin dia telah melupakan semuanya. Mungkin dia menganggap semua itu tidak pernah ada. Adalah aku yang berpikiran picik yang masih menyimpan "dendam" di masa lalu hingga sekarang.

Dari pertemuanku dengannya aku banyak belajar. Seseorang mungkin tidak punya maksud jelek saat dia melontarkan kritikan pedas pada kita. Diri kita sendiri saja yang terlalu perasa. Bahkan menganggap kritikan suatu pertanda bahwa seseorang itu membenci kita. Temanku itu bahkan tidak menampakkan wajah kebencian sama sekali. Akunya saja yang selama ini memendam rasa benci yang tak seharusnya kumiliki.

Jumat, 18 Juli 2008


Pantai


Tangan tangan Isa

melambai menyentuh

peradaban

Jari-jari lentikmu

menyihir

mendesir degup jantungku

Di pantai ini

debur ombak menitiskan

bayanganmu

tak henti menghantam-hantam

cemasku

Aku rindu


Tambak, 15 Juni २००८



Finally......

Finally, I make a new blog....

How careless I am........
Aku nih emang pelupa. Sama alamat blog nya sendiri aja lupa. terpaksa deh bikin blog lagi.
Gak tahu ya kenapa akhir-akhir ini memoriku agak eror, terutama memori jangka pendek. Aku suka lupa naruh sesuatu. Bahkan bukuku pun ketinggalan di salon. Waduh! kayaknya aku mesti pergi ke dokter nih. May be there is something wrong in my brain.....

Aku berharap, semoga blog ini yang terakhir. Setelah ini aku gak mau ganti-ganti blog lagi ( aku sudah membuat kurang lebih tiga blog). Aku akan inget Id nya kalo perlu kucatat di buku harianku.
Temen-temen ada yang punya tips gak buat aku yang pelupa ini....

Jumat, 2008 Juli 11

strawberry on the shortcake

Strawberry on the shortcake. strawberry di atas kue kecil.
Jika kau punya kue kecil dengan strawberry di atasnya, mana yang lebih dulu kau makan? strawberry atau kue coklatnya? kalu aku lebih suka menikmati kuenya dulu, baru kemudian memakan strawberrynya.

Begitu pula cara ku memandang kehidupan ini. Aku menikmati setiap fase dalam kehidupanku seperti aku menikmati kue coklat kecil. Perlahan tapi pasti.Saat aku masih kecil, dengan kepolosan dan keluguan seorang bocah, aku menyanyi dan menari, menangis dan tertawa tanpa beban, begitu bebasnya.
Hingg aku beranjak dewasa,tanpa kusadari perlahan ada banyak hal yang berubah dari diriku, maupun lingkungan di sekitarku. aku bukan lagi gadis kecil, melainkan seorang gadis dewasa yang punya beban dan tanggung jawab.

Aku mempelajari banyak hal, tentang hidup dan kehidupan. Aku melihat banyak orang yang berlalulalang. Kadang mereka bertopeng, ber-make up tebal, berpakaian bagus, dan penuh dengan perhiasan yang indah. Tidak hanya emas dan permata, tapi juga perhiasan kata-kata, yang ternyata semua itu hanya kepalsuan. Hanya untuk menutupi organ tubuh mereka yang selama ini tersembunyi di mana tempat " pahala" dan "dosa" berperang, berkecamuk.
Hati, ialah hati yang mereka tipu. Hati mereka sendiri.

Semua itu membuatku sedih. Aku ingin kembali saja ke masa lalu, seorang gadis kecil yang lugu.
aku rindu, cahaya mata, cahaya mata itu. Yang berbinar-binar penuh ketulusan, menatap dunia dengan penuh harapan. Mata itu, mata yang tak pernah bisa menipu dan tertipu. Kini, ia menunduk dan meredup. Perlahan terkikis habis oleh sang waktu

shortcake, sepotong kue kecil..... bagaimana pun rasanya aku akan tetap menikmatimu setiap gigitan, setiap kunyahan. Aku akan tetap menjalani hidupku, apa pun yang terjadi. Dan aku akan terus menjaga cahaya mata itu, cahaya mataku. Apa pun yang terjadi. Hingga suatu hari nanti tiba saatnya aku mendapatkan strawberryku. strawberry on the shortcake.