Selasa, 11 November 2008

Watu Gong 17 B, Sebuah Ironi Kehidupan

suatu siang yang menjemukan. aku ingat sekali, hari itu hari sabtu, saat tiga cewek penghuni Watu Gong 17 B sedang bermalas-malasan di sofa. tidak ada hal penting yang kita lakukan saat itu. aku, mbak Dia dan Mbak Yantz sedang berada pada titik jemu. hanya nonton tv, setelah itu nonton dua film sekaligus, New Jersey Girl dan Just Married.

bukan dua film itu yang ingin kubahas dalam blog ini. melainkan, sebuah fenomena yang (mungkin) orang menilainya wajar, namun jika dirasakan lebih dalam menjadi sebuah ironi kehidupan yang membuat hati kita miris.

sederhana saja sebenarnya. hari itu kami bingung mau makan apa. bahkan aku sempat berkata, "bosan" dengan masakan di sekitar watu gong, daerah kerto dan sekitarnya. mungkin hal ini juga dialami beberapa mahasiswa yang telah lebih dari setahun, dua tahun tinggal di malang. namun, jika kita bertanya kepada diri kita sendiri, apakah pantas merasa "bosan" dengan makanan yang tersedia, dan kita mampu untuk membelinya. tidakkah kita berpikir bahwa di luar sana masih banyak orang yang kelaparan. bahkan untuk makan sehari sekali pun, mereka harus bekerja keras, banting tulang. jangankan untuk memilih makanan, untuk mencari sesuap nasi saja, mereka harus ngamen, memungut sampah, menjadi buruh tani, atau bahkan mengemis

saat itu, aku menyadari betapa aku sangat keterlaluan. tidak mensyukuri apa yang telah diberikan Allah padaku. dengan kondisi keuangan yang cukup, bisa memilih apa yang aku suka, aku bahkan merasa "bosan", dan sama sekali tidak menghargainya.

Hari itu, aku, mbak Dia, dan Mbak Yantz mulai sadar tentang bagaimana seharusnya menghargai hidup, mensyukuri apa yang telah kita dapatkan. dan mulai saat itu aku mencoba menerima apa yang telah aku dapatkan selama ini, bahkan di setiap hari yang aku lalui. di setiap kesempatan yang diberikan padaku, untuk memilih apa yang aku suka.

Tidak ada komentar: