Rabu, 24 Februari 2010

Supernova, Ksatria Putri dan Bintang Jatuh, Membuka Selubung Misteri Alam Raya


Kalau tidak salah ingat, pertama kali membaca Supernova saya masih duduk di bangku kelas dua es em pe. Saya memang tidak begitu memahami konsep-konsep sains yang dijabarkan dalam novel-novel tersebut. Tentang bifurkasi, turbulensi, percobaan 'Kucing schrodinger', atau penelitian Faraday. Tapi entah mengapa saya seperti memahami sesuatu, yang tidak bisa saya ungkapkan kepada orang lain, bahkan diri saya sendiri pun tidak bisa mendefinisikannya secara gamblang. Perasaan, atau mungkin intuisi saya saat itu memang tidak bisa dijelaskan secara runtut seperti metodologi ilmiah. Saya hanya merasa "faham" saja tanpa bisa menjelaskan kefahaman saya kepada orang lain.

saya membaca novel itu untuk kedua kalinya pada pertengahan februari lalu, saat saya sudah berstatus sebagai seorang mahasiswa Sastra Inggris semester akhir. Betapa terkejutnya saya ketika saya membaca dan menemukan sensasi-sensasi yang tidak saya temukan ketika membacanya pertama kali. Ada benang-benang halus yang mengaitkan 'kefahaman'saya di masa lalu dan 'kefahaman'saya di masa sekarang. Dan akhirnya saya bisa mendeskripsikan 'sesuatu' yang tak terdefinisikan di masa lalu. Sesuatu yang selama bertahun-tahun menjadi pertanyaan terbesar saya. Sesuatu yang membuat saya, hampir setengah gila.

Dan Supernova membuat saya merasa "waras" sewaras-warasnya.

Supernova, bukan hanya sekedar sebuah novel. Tetapi dia adalah sebuah virus yang menginfeksi tiap pembacanya. Dia menciptakan benang-benang halus yang mampu menghancurkan tembok penghalang ilmu pengetahuan. Tembok yang mengkotak-kotakkan antara sains, sastra, dan sosial. Seperti hancurnya tembok Berlin yang menyatukan Jerman Timur dan Jerman Barat. Benang-benang itu menghubungkan sains yang melangit dan sastra yang membumi. Menghubungkan Teori relativitas einstaint dengan perselingkuhan seorang wanita karir dan pengusaha muda.

Banyak teman-teman saya yang bilang kalau Supernova itu novel 'berat", susah dimengerti. Tapi bagi saya, Supernova lebih gamblang dari buku teori filsafat manapun. Supernova mengungkap rahasia-rahasia alam raya yang selama ini masih tertutup kabut. Pernah suatu kali saya berpikir, bahwa konsep "waktu" di dunia ini sebenarnya tidak ada. Jam, menit, detik hanya lah sebuah konsensus. Kesepakatan international saja. Masa lalu dan masa depan itu tidak ada. hanya sebuah ilusi. yang ada hanya lah 'saat ini.' kalau saya mendiskusikannya dengan orang lain, mungkin saya akan dianggap 'gila'. Seseorang yang tidak punya latar belakang pendidikan sains, bahkan nilai fisikanya tidak pernah beranjak dari angka enam berani menentang konsensus international yang di "amini' oleh semua orang di dunia ini.

Tapi, Supernova seperti teman curhat yang tepat bagi saya. Bahkan 'kegilaan' saya selama ini dibenarkan olehnya.

Selama ini, saya merasa punya keterikatan batin dengan seseorang. Ketika dia sakit, saya ikut merasakan sakitnya. Saya tahu kapan dia sakit tanpa ada yang memberitahu. Saya tahu kapan dia punya masalah tanpa dia menceritakannya dulu pada saya. Dia mengerti apa yang saya pikirkan, dan saya pun mengerti apa yang dia pikirkan. Dia bukan orang tua saya, saudara saya, atau bahkan kekasih saya. dia hanya seorang 'teman.'
Mulanya saya berpikir, adakah penjelasan ilmiah mengenai hal ini? Apakah dua orang yang berjarak ribuan kilometer bisa memikirkan hal yang sama?
dan ternyata Supernova menjawab pertanyaan saya. Percobaan Faraday membuktikan secara ilmiah fenomena yang saya alami.

Yang terakhir, Supernova menjawab sebuah tanda tanya besar yang tidak hanya ada di dalam benak saya, tetapi juga seluruh makhluk di dunia ini. Anjing, kucing, rumput, lebah, lalat, amoeba, parasit...... tentang keteraturan dan ketidakteraturan, tentang kepastian dan ketidak pastian, tentang Kekuatan apa yang menyebabkan gravitasi itu menjatuhkan buah apel dari pohonnya. Tentang Siapa yang menentukan apakah koin yang kita lemparkan ke udara akan mendarat dalam bentuk gambar rumah ataukah gambar burung cendrawasih.

Ternyata, roman kehidupan yang kita alami adalah sebuah fenomena 'sains' yang luar biasa dahsyat! Supernova menelusurinya dengan halus. Membentangkan benang-benang halus, merunutkan segala yang kusut dan carut marut.
Tetapi, seperti relativitas Einstaint, kebenaran di dunia ini tidaklah mutlak. Supernova adalah makhluk. dan dia tidak hakiki. Relativ. Tidak mutlak.

Sesaat setelah menamatkan novel ini, saya merasa 'plong' seperti habis membuang 'hasil ekskresi' di dalam tubuh yang sudah lama menumpuk seperti sampah busuk. Seperti orang jawa yang baru saja mendapat kejelasan dari kebingungan yang dia hadapi, novel ini membuat saya mengucap 'oalah.....ngono to tibake.........'
tetapi selain rasa lega, masih ada satu hal yang menggelitik di pikiran saya. Sebuah pikiran jahat yang egois
. Seandianya saya bisa bertemu mbak Dewi Lestari, saya ingin mengatakan padanya, " Yah.... Mbak Dewi jadi gak surprise lagi dong.... Kok dikasih tahu sih? Biarin aja 'mereka' bertanya-tanya. Biarkan saja 'tanda tanya' besar itu tetap ada di kepala 'mereka'. Biar mereka mencari dan menemukannya sendiri."

*Dee= Dewi Lestari, penulis buku Supernova

Minggu, 07 Februari 2010

Aku, Perahu Kertas dan Sekolah Bintang

Entah kenapa sejak dulu ada keinginan terpendam yang ingin aku wujudkan. Diam-diam aku punya mimpi yang tumbuh perlahan seiring bertambahnya umurku. Tanpa kusadari mimpi itu merasuk hingga ke alam bawah sadarku. Tanpa kutahu kapan bisa mewujudkannya.

Aku ingin sekali mengajar. Memang hal ini tidak terlalu istimewa bagi sebagian orang. Apa enaknya mengajar.Sudah capek, bayarannya masih kalah sama pengusaha. Tapi bagiku mengajar seperti panggilan hati. Dulu, sebelum meninggal, tanteku pernah mendoakan supaya aku berhasil menjadi seorang guru. Dan aku memang memendam keininan untuk mengajar. Tepatnya mengajar anak-anak. Bahkan aku sempat iri pada temanku yang mengajar TK/playgroup selepas SMA, sementara aku melanjutkan kuliah di sebuah Universitas Negeri di kota Malang.

Beberapa bulan yang lalu, aku membeli novel karya dari pengarang favoritku, Dewi Lestari. Judulnya Perahu Kertas. Seperti novel Dee (nama beken dari mbak Dewi Lestari), Supernova, Perahu Kertas benar-benar membuatku tersihir. tidak hanya aku saja, bahkan teman satu kontrakan banyak yang tergila-gila dengan novel ini. Mereka rela mengantri berhari-hari demi membaca novel ini.

Sebenarnya ceritanya sederhana.Tidak terlalu rumit. Tetapi kepiawaian Dee meramunya menjadi sebuah cerita yang menarik patut diacungi jempol. Bahasanya pas. setiap kata mewakili emosi tiap karakternya. Mampu membuat pembacanya menangis sekaligus tertawa dalam setiap bab nya. Novel ini menceritakan tentang perjalan seorang gados bernama Kugy dalam meraih mimpi, cita-cita dan cintanya. Tidak seperti remaja kebanyakan, Kugy ingin menjadi penulis dongeng. Dia suka sekali menulis dongeng, bahkan ia punya banyak serial dongeng yang ia tulis sendiri dengan tulisan tangan. Sadar bahwa menjadi penulis dongeng adaah pilihan sulit untuk masa sekarang yang penuh dengantuntutan materi, untuk sementara ia 'membelokkan" jalannya menjadi penulis cerita remaja yang menjanjikan lebih banyak uang. Nanti, jika ia punya materi yang cukup ia akan kembali menjadi penulis dongeng.

Dalam perjalannan hidupnya, ia bertemu dengan seorang pemuda bernama Keenan. Ia suka melukis, namun keinginannya menjadi peukis ditentang oleh ayahnya. Karena itu ia terpaksa kuliah di jurusan ekonomi untuk memenuhi keinginan ayahnya. Kugy dan Keenan saling menyukai. bahkan saat pertemuan pertama. Kepada Keenan lah Kugy bisa jujur dan mengungkapkan isi jatinya. Begitu juga dengan Keenan. Namun kenyataan berkata lain. Meski saling suka tapi mereka tidak pernah mengingkapkan perasannya. Sampai akhirnya, Kugy berusaha menghindari Keenan karena dia patah hati.

saat hatinya hancur, seseorang menawarinya untuk menjadi relawan di sebuah sekolah gratis untuk anak-anak jalanan. Namanya 'Sakolah Alit' Di situlah akhirnya Kugy mencoba mengobati luka-luka hatinya dengan menjara anak-anak jalanan. Bersama mereka, Kugy menemukan dunianya yang hilang. Ia menjadi penulis ceruta dongeng untuk mereka.

Mungkin, ini hanya perasaan melankolisku yang sedang "bermain", ataukah memang sebuah kebetulan ketika suatu hari ada 'seseorang' yang menawarkan aku untuk menjadi guru sekolah gratis untuk anak-anak SD. Seperti Kugy, aku juga sedang ingin melupakan seseorang. Dia yang membuatku seperti cinderella dua belas jam, lalu menjadi upik abu lagi ketika lonceng berbunyi.
Tanpa pikir panjang, aku menerima tawaran itu. Akhirnya, aku menemukan dunia ku , mimpiku yang telah lama terkubur. Aku mengajar bahasa Inggris unuk anak-anak di 'Sekolah Bintang.'

Baru sekitar empat kali aku bertemu dengan mereka. Mengajarkan mereka menyanyi, berhitung, conversation, dan membantu mereka mengerjakan PR. Rasanya, aku telah jatuh cinta pada mereka. Aku menikmati setiap mereka tersenyum, tertawa, cemberut kalo ngambek. Dan aku selalu merindukan panggilan kesayangan mereka terhadapku " Miss Miza"

Pada akhir cerita, Kugy menemukan cinta sejatinya. Seperti akhir cerita cinderralla. Ia bahagua dengan Keenan. Sedangkan aku tidak tahu bagaimana cerita ini akan berakhir. Karena aku tidak bisa meramalkan masa depan, dan kejadian apa yang akan menimpaku. Meskipun begitu, aku menikmati perjalanan ini. Sekolah Bintang membuatku belajar tentang arti sebuah keikhlasan. Aku bisa merasakan bgaimana rasa cinta seorang guru kepada muridnya, seorang kakak pada adiknya.

Aku ingin melihat mereka tersenyum bahagia sambil berlarian mengejar mimpi-mimoi mereka.
Dan aku pun berusaha menyembuhkan luka-luka itu........ satu demi-satu....