Rabu, 16 Desember 2009

Untukmu Perempuan....

"Wis to Ndhuk... ra sah sekolah dhuwur-dhuwur. Ujung-ujungnya nanti ya ke dapur juga."Masih terngiang jelas, kata-kata Bulikku di suatu sore saat kami melipat kerdus kue bersama-sama. dengan serta-merta aku menjawab. " Tidak bulik, saya ingin terus belajar sampai ke Amerika.'

Rasanya sudah tidak jamannya lagi kalau kita berpikir persoalan perempuan hanya berujung pada "dapur, pupur, kasur." Memasak, berdandan dan melayani suami. sudah saatnya perempuan memiliki peran di dalam masyarakat. perempuan tidak hanya sebagai objek yang mengikuti arus zaman, tapi ia juga menjadi subjek sebagai penentu arah zaman.

kini, saatnya perempuan dihargai tidak hanya karena cantik atau jelek, tinggi atau pendek, semampai atau tidak. perempuan tidak hanya dihargai karena keelokan tubuhnya saja, tetapi juga intelektualitasnya. kalau dulu orang beranggapan bahwa perasaan perempuan lebih dominan, maka sekarang saatnya intelegensia perempuan diperhitungkan.

memang, secara kodrat perempuan punya kewajiban untuk mengurus suami dan anak. tapi, lebih dari itu, perempuan harus mempunyai keahlian dan ketrampilan tertentu untuk bekal hidupnya. bagaimana perempuan bisa menghidupi dirinya tanpa bergantung pada laki-laki. hal ini bukan berarti menafikan kewajiban laki-laki sebagai pencari nafkah, tetapi lebih menitik beratkan pada kemandirian perempuan.

Ibu Megawati, Corazon Aquino, Indira Gandhi, Khadijah, Aisyah pasti ujung-ujungnya ke dapur juga. tapi lebih dari urusan dapur, mereka mampu memberikan di dalam masyarakat. menjadi subjek dalam menentukan perkembangan zaman.

4 komentar:

mbah jiwo mengatakan...

isu gender bagi mbah tidak menarik. sudah lewat...skrg itu zamane : karya...mbah khan golongan karya...

oen mengatakan...

nice opinion

siluet mengatakan...

Yep... Semangat!!

schizoprenic girl mengatakan...

mbah jiwo: isue gender sampai sekarang masih up to dare mbah... karena todak semua pihak mendukung perempuan untuk bisa berkarya